BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pada dasarnya sekolah adalah wadah yang
menampung para peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam menghadapi tantangan dunia luar yang akan dihadapi nantinya. Namun,
sekolah kini tidak hanya menjadi tempat belajar ilmu pengetahuan dan
keterampilan, namun juga pembentukan karakter, sedangkan tugas seorang guru
adalah membelajarkan siswa dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal
dapat dicapai oleh peserta didik itu sendiri.
Jika guru mampu mengatur peserta didik dan
sasaran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan,
Maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Pengaturan tersebut berkaitan dengan
penyampaian pesan penngajaran (instruksional) ataupun penyediaan kondisi
belajar (pengelolaan kelas). Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara
optimal, maka proses belajar akan berlangsung secara optimal. Tetapi bila tidak
dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap
belajar mengajar.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika
guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam
situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Akan tetapi apabila
terdapat kekurang serasian antara tugas, sarana (alat) atau terputusnya
keinginan peserta didik dengan keinginan guru serta terputusnya antara
kebutuhan dan pemenuhanya maka akan terjadi gangguan terhadap proses belajar
mengajar, baik gangguan sifat sementara maupun sifat yang serius atau terus
menerus.
Gangguan dapat berifat sementara sehingga
perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi (kemampuan kedisiplinan),
akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus menerus
sehingga diperlukan kemampuan meremedial.
1.2 PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang melatarbelakangi
pembuatan makalah ini adalah:
1.
Apakah pengertian dari keterampilan mengelola kelas?
2. Apa saja komponen-komponen
keterampilan mengelola kelas?
3. Apakah tujuan dari keterampilan
mengelola kelas?
4. Apa sajakah prinsip keterampilan
mengelola kelas?
5. Apa sajakah hal-hal yang harus
dihindari dalam mengelola kelas?
6. Bagaimanakah aplikasi dan cara
menggunakan keterampilan mengelola kelas?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Mengetahui pengertian keterampilan pengelolaan kelas.
2. Mengetahui komponen-komponen
keterampilan pengelolaan kelas.
3. Mengetahui tujuan keterampilan
pengelolaan kelas.
4. Mengetahui prinsip keterampilan
pengelolaan kelas.
5. Mengetahui hal-hal yang harus
dihindari dalam mengelola kelas.
1.4 SISTEMATIKA
MAKALAH
Adapun penulisan makalah ini ditulis dengan sistem
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, bab pendahuluan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan latar
belakang, tujuan penulisan makalah, dan sistematikan makalah.
BAB II PEMBAHASAN, dalam bab pembahasan ini menjelaskan teori-teori atau kajian yang
berkaitan dengan “Keterampilan Mengelola Kelas” yang mencakup Pengertian,
Tujuan, Komponen-komponen, Prinsip, dan Hal-hal yang harus dihindari dalam
Keterampilan Mengelola Kelas.
BAB IV PENUTUP, Sedangkan bab penutup menguraikan tentang kesimpulan
dari makalah secara keseluruhan.
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
2.1 PENGERTIAN
Menurut Nurhadi (1983: 163) Keterampilan
Mengelola Kelas merupakan suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana
yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat dilakukan secara preventif
maupun secara kuratif.
Sedangkan menurut Weber (1977), Pengelolaan
Kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya diklasifikasikan
kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan Pendekatan Otoriter (authority
approach), Pendekatan Permisif (permissive approach) dan Pendekatan
Modifikasi Tingkah Laku.
Pertama, berdasarkan Pendekatan Otoriter
(authority approach) Pengelolaan Kelas adalah kegiatan guru untuk
mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan
kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (weber).
Kedua, Pendekatan Permisif (permissive
approach) mengartikan bahwa Pengelolaan Kelas adalah upaya yang dilakukan
oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai
aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah bagaimana
menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Ketiga, Pendekatan Modifikasi
Tingkah Laku. Pendekatan ini didasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses
perubahan tingkah laku, jadi pengelolaan kelas merupakan upaya untuk
mengembangkan dan memfasilitasi perubahan prilaku yang bersifat positif dari
siswa dan dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki
prilaku negative yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Mengelola Kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik
dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran
ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian kelas
teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah melakukan
tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama.
Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
pembelajaran yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif.
Suatu kondisi belajar yang kondusif
dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran, serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik.
2.2 KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Menurut Nurhadi
(1983: 163) Keterampilan Mengelola Kelas (Class Management) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Pengelolaan
Kelas Yang Bersifat Preventif
Dikatakan
secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk
menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi pendidikan dengan
jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan
kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau pemberian informasi
yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang motivasi yang
tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan
siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
Suatu
kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik
dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku dari anak didik dan
mencapai tujuan pengajaran. Maka dari itu, hendaknya guru mengetahui
langkah-langkah preventif (pemeliharaan kondisi belajar) dalam pengelolaan
kelas. Prosedur pengelolaan kelas secara preventif meliputi:
1.
Peningkatan
Kesadaran Guru Sebagai Seorang Pendidik
Dalam
kedudukannya sebagai seorang pendidik, guru harus sadar bahwa dirinya memiliki
rasa “handharbeni” (rasa peduli terhadap kelas dengan segala isinya)
dan bertanggung jawab terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Guru menyadari
kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas
kepada anak didik demi kemajuan mereka dalam belajarnya.
Perwujudan
dari kesadaran akan rasa “handharbeni” dan tanggung jawab itu akan
nampak dalam bentuk kesatuan dari empat unsur, yaitu upaya mengubah tingkah
laku, upaya mewujudkan suasana pendidikan yang mendukung, rasa cinta kasih, dan
pegangan norma yang baku.nSebagai seorang pendidik, guru berkewajiban mengubah
pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi
biasa tetapi merupakan interaksi pendidikan.
Agar
interaksi itu bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus
dapat mewujudkan suasana yang kondusif yang mengundang siswa untuk masuk
berperan serta dalam proses pendidikan.
2.
Peningkatan
Kesadaran Siswa
Apabila
kesadaran diri guru sebagai seorang pendidik sudah ditingkatkan, langkah kedua
kemudian berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam
proses pendidikan.
Sebagai
seorang siswa kadang-kadang tidak sadar akan kedudukannya dalam organisasi di
sekolah. Oleh sebab itu menjadi langkah yang kedua yang harus dilakukan seorang
guru adalah meningkatkan kesadaran siswa akan dirinya terutama tentang
perimbangan antara hak dan kewajibannya. Dengan menyadari akan hak dan
kewajiban tersebut diharapkan siswa akan mengendalikan dirinya dari tindakan
dan tingkah laku yang menyimpang yang akan mencemari suasana pendidikan.
Upaya
penyadaran ini adalah tanggung jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa
yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan
menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan proses belajar mengajar.
3.
Penampilan
Sikap Guru
Setelah
kesadaran fungsi seorang pendidik, dan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya
di sekolah ditingkatkan maka upaya penciptaan suasana yang mendukung proses
pendidikan harus dilakukan dengan inisiatif. Inisiatif guru itu diwujudkan
dalam interaksinya dengan siswa-siswa yang dilambari dengan sikap tulus dan
hangat.
Sikap
tulus adalah sikap seorang seorang guru dalam menghadapi siswa secara terus
terang tanpa pura-pura, tapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap
tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si
terdidik.
Sedangkan
yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam
proses belajar mengajar yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan
dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat
sekolah.
4.
Pengenalan
Terhadap Tingkah Laku Siswa
Seorang
guru hendaknya mengenal tingkah laku siswa, pengenalan akan tingkah laku ini
dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas. Tingkah laku siswa yang harus dikenal
adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana
yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan, tingkah laku tersebut dapat
bersifat perseorangan ataupun kelompok.
5.
Penemuan
Alternatif Pengelolaan Kelas
Setelah
seorang guru dapat menyelidiki berbagai tingkah laku siswa, baik yang mendukung
maupun yang mencemarkan suasana pendidikan, maka selanjutnya berusaha
menetapkan alternatif pengelolaan kelas yang akan dilakukan.
Upaya
pengelolaan itu diarahkan untuk mempertahankan dan menghidupkan tingkah laku
siswa yang mendukung suasana pendidikan, tentunya akan berbeda dengan upaya
pengelolaan kelas yang diarahkan untuk mencegah timbulnya tingkah laku yang
akan mencemarkan suasana pendidikan itu.
6.
Pembuatan
Kontrak Sosial
Pembuatan
Kontrak Sosial merupakan upaya pengelolaan kelas bertujuan mengat tingkah laku
dengan menggunakan norma atau nilai. Norma atau nilai itu diharapkan akan
menjadi landasan tindakan yang akan berfungsi untuk mempertahankan kehadiran
tingkah laku siswa yang mendukung maupun untuk mencegah tingkah laku sosial,
pada hakikatnya adalah norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata
tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai
standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Kontrak
sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati atau dipatuhi sehingga
meminimalkan terjadinya pelanggaran. Untuk mencapai hal tersebut, kebiasaan
membuat peraturan atau tata tertib dari atas nampaknya tidak menguntungkan.
Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan tentang proses terjadinya kontrak sosial.
Kontrak sosial yang mempunyai nilai peringkat pada umumnya yang dibuat dan
dilahirkan oleh individu-individu anggota masyarakat itu sendiri.
Dengan
kata lain kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya pengelolaan kelas
hendaknya disusun oleh siwa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan pendidik (Nurhadi,
1983: 165-169).
7. Menunjukkan
Sikap Tanggap
Menggambarkan tingkah laku guru yang
tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian
keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa
merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan
dengan berbagai cara seperti berikut.
a.
Memandang Secara Saksama
b.
Memberikan Pernyataan
c.
Gerak Mendekati
d.
Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa
8. Membagi
Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif
terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
a.
Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau
individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau
individu. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau
individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi
reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
b.
Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pernyataan, dan
sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan
siswa yang lain.
Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa
guru menguasai kelas.
9.
Memberi Penguatan
Komponen
ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
pembelajaran atau menggangu temanya.
b.
Pengelolaan
Kelas Yang Bersifat Kuratif
Pengelolaan
kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi
penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga mengganggu jalannya proses
belajar mengajar.
Dalam
hal ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang
menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa
yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Nurhadi,
1983: 163).
Adapun
prosedur pengelolaan kelas secara kuratif akan meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Identifikasi
Masalah
Memahami
dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu proses
kelancaran pendidikan di kelas merupakan langkah awal dalam pengelolaan kelas
secara kuratif. Upaya penyelidikan terhadap tingkah laku dapat dalam arti
apakah termasuk tingkah laku yang berdampak motif secara luas atau tidak,
ataukah penyimpangan tingkah laku itu bersifat sesaat saja atau sering
dilakukan, ataukah sekedar kebiasaan siswa.
2.
Analisa
Masalah
Dengan
hasil penyelidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan pada langkah
ini yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengetahui latar balakang serta
sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang tersebut. Dengan cara yang
demikian akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya, upaya untuk
mengatasinya dapat dilakukan dengan baik.
Jadi,
dengan guru mengetahui tingkah laku anak didik yang menyimpang itu, maka guru
dapat menganalisanya dan berusaha menemukan pemecahannya dengan menggunakan
berbagai pendekatan pemecahan masalah. Misalnya, memberikan perhatian yang
lebih, memberikan pengarahan atau nasehat dan lain sebagainya.
3.
Penetapan
Alternative Pemecahan Masalah
Setelah
mengetahui sumber masalahnya, seorang guru dapat mencoba mengkaji berbagai
alternatif pemecahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk dapat
memperoleh alternatif-alternatif pemecahan itu, maka ia hendaknya mengetahui
berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengelolaan kelas dan juga
memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan
masing-masing.
Dengan
membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan,
seorang guru dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah itu
pada suatu situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan,
maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan
demikian pelaksanaan pengelolaan kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan.
4.
Monitoring
Setelah
kegiatan mengatasi masalah pengelolaan kelas itu dilaksanakan, tidak dibiarkan
saja, tetapi perlu dimonitor akibat-akibat yang terjadi karena perlakuan dalam
mengatasi masalah tersebut. Hal ini diperlukan karena akibat perlakuan guru itu
dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang
menyimpang itu, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin
menimbulkan tingkah laku menyimpang, berikutnya yang justru lebih jauh
menyimpangnya.
Langkah
monitoring pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat- akibat yang terjadi
tersebut.
5.
Memanfaatkan
Umpan Balik
Hasil
dari kegiatan monitoring itu sebenarnya merupakan umpan balik terbaik guru yang
sangat berharga, karena dengan ini ia dapat mengkaji kembali apakah alternatif
tindakan yang telah dilakukan itu tepat atau tidak, atau masih perlu
disempurnakan.
Hasil
monitoring itu hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara
mempergunakannya untuk:
1.
Memperbaiki pengambilan alternatif
yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi
yang sama.
2.
Dasar dalam melakukan kegiatan
pengelolaan kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan pengelolaan
kelas yang sudah dilakukan sebelumnya (Nurhadi, 1983: 169-171).
2.3 TUJUAN
PENGGUNAAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Dalam penggunaan keterampilan mengelola kelas, terdapat beberapa
tujuan yang mendasar, baik untuk peserta didik ataupun untuk guru. Tujuan-tujuan
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Untuk
Siswa
Keterampilan
mengelola kelas untuk siswa bermaksud:
1. Mendorong siswa mengembangkan
tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk
mengendalikan dirinya.
2. Membantu siswa mengerti akan arah
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan
teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.
3. Menimbulkan rasa berkewajiban
melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan
aktivitas-aktivitas kelas.
b. Tujuan Untuk
Guru:
Bagi
guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya
dalam:
1. Mengembangkan pengertian dan
keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah
pelajaran secara tepat dan baik.
2. Memiliki kesadaran terhadap
kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di dalam memberikan pengarahan
yang jelas kepada siswa.
3. Memberikan respon secara efektif
terhadap tingkah laku yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan
serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat
digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang
berlebih-lebihan atau terus menerus melawan di kelas.
2.4 PRINSIP
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
1.
Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru
dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah
satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
Guru yang bersifat hangat dan akrab
secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap
kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan lebih mudah pula melaksanakan
komponen keterampilan tersebut secara berhasil.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau
bahan yang menantang akan meninkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang. Perhatian dan minat
siswa akan terpelihara dengan kegiatan guru tersebut.
3.
Bervariasi
Pengunaan variasi dalam media, gaya,
dan interaksi mengajar-belajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk
menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan
menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
Jika terdapat berbagai variasi maka
proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan
keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan mengganggu kawannya.
4.
Keluwesan
Dalam proses belajar mengajar guru
harus waspada mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan
munculnya gangguan siswa. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk
dapat merubah berbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan yang lain.
5.
Penekanan Pada Hal-Hal Positif
Pada dasarnya didalam mengajar dan
mendidik guru harus menekankan kepada hal-hal yang positif dan sedapat mungkin
menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
Cara guru memelihara suasana yang
positif antara lain:
a.
Memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang
positif dan menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.
b.
Memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang
positif.
6.
Penanaman disiplin diri
Kegiatan ini merupakan tujuan akhir
pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru
sendiri yang menjadi contoh.
2.5 HAL-HAL
YANG HARUS DIHINDARI
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif
ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
1.
Campur Tangan Yang Berlebih
(Teachers Instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang
sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang
mendadak, kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi
kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan
anak. Ia hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.
2.
Kelenyapan (Fade Away)
Hal ini terjadi jika guru gagal
secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar,
dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga
dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran.
Akibatnya ialah membiarkan pikiran
siswa mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran
pelajaran.
3.
Ketidaktepatan Memulai Dan
Mengakhiri Kegiatan (Stops And Stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru
memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan
kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang
pertama lagi.
Dengan demikian guru tidak dapat
mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar
siswa.
4.
Penyimpangan (Digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam
suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan
tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
5.
Bertele-Tele (Overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila
pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang
keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi pembicaraan atau
kupasan yang panjang.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
diperoleh simpulan bahwa Keterampilan Mengelola Kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara
mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Keterampilan Mengelola Kelas (Class
Management) dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Pengelolaan kelas yang
bersifat preventif
dan Pengelolaan
kelas yang bersifat kuratif yang memiliki tujuan mendasar baik untuk peserta
didik maupun untuk guru yang harus memperhatikan Prinsip-prinsip Pengelolaan
kelas yang diantaranya: Kehangatan atau keantusiasan; tantangan; bervariasi;
penekanan pada hal positif, keluwesan; dll.
Dalam
Keterampilan Mengelola Kelas derdapat beberapa hal yang harus dihindari untuk
dilakukan diantaranya; Campur tangan yang berlebih, kelenyapan, keidaktepatan
dalam memulai dan mengakhiri, penyimpangan dan bertele-tele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbagi tidak berdosa, Kecuali Berbagi Istri.