Sabtu, 23 April 2016

Realita Mengajar (Menurut Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Belum Lulus)

Saya bukanlah seorang guru yang berpengalaman dengan jam terbang yang tinggi, bukan pula guru mengajar disekolah formal dengan segala peraturan dan tata tertib yang ada. Saya hanyalah Guru Kursus biasa yang mengajar disalah satu Lembaha Kursus yang dulunya cukup terkenal di Kota Metro. Selain mengajar kursus, saya juga hanya seorang Mahasiswa akhir yang belum lulus yang disamping menyelesaikan Skripsi, Saya juga menjadi seorang "Pembantu" di UPT. Lembaga Bahasa Universitas Muhammadiyah Metro. Kadang saya diamanahi untuk menggantikan atau menemani dosen saya mengajar mahasiswanya baik dikampus maupun ditempat lain.

Sebagai seorang calon guru yang baru mulai belajar mengajar, saya sering mengamati beberapa fakta dan kejadian yang dialami dan dilakukan oleh siswa/i atau mahasiswa/i yang saya ajar.

"Siswa hanya akan faham dan mengerti tentang suatu hal (materi pelajaran/mata kuliah) yang kita ajarkan hanya bila dirinya sendiri memiliki kemauan memperhatikan atau sudah terlebih dahulu membaca dan atau mempelajari materi yang kita ajarkan. Kebanyakan siswa hanya akan menangkap sedikit sekali dari apa yang kita jelaskan. Hanya yang memang berniat dan bersungguh-sungguh terhadap materi kitalah yang akan faham dengan apa yang kita sampaikan. Selebihnya, siswa akan asyik sendiri dengan imajinasinya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung; siswa akan bertingkah sebagaimana yang mereka inginkan sesuai apa yang sedang mereka pikirkan diluar pelajaran yang sedang mereka ikuti. seperti; mengobrol, bercanda, bermain game dan kegiatan-kegiatan yang diluar aspect pembelajaran. Secara tidak langsung; Melamun, tatapan kosong, memikirkan hal lain diluar pelajaran yang sedang dia ikuti."

Akhirnya, Tugas kita sebagai seorang pengajar menjadi sangat kompleks, selain harus menguasai mata pelajaran atau matakuliah yang kita ampu, kita juga harus memperhatikan dan mengkondisikan kelas yang berisi berbagai macam anak dengan tingkat fokus yang sangat heterogen. Menurut hemat saya, Tugas guru/dosen sebagai pengajar hanyalah berusaha memberikan kesan yang mendalam tentang materi yang disampaiakan agar supaya siswa mengingat dan bahkan faham dengan apa yang sampaikan.

banyak sekali cara yang bisa kita lakukan untuk memberikan kesan yang baik kepada siswa yang kita ajar. salah satunya adalah pengaplikasian game, ice breaking, dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Dengan memberikan suasana yang berbeda dalam suatu pelajaran, maka seorang siswa akan secara tidak langsung mengikuti apa yang kita instruksikan karena bisa jadi apa yang kita ajarkan berbeda dan belum pernah dia ikuti sebelumnya.

Terlebih bagi saya yang mengajar BAHASA INGGRIS yang lebih sering mengajar di lembaga kursus, selama ini siswa hanya banyak menghafal dan mengingat STRUCTURE, GRAMMAR, VOCABULARY dan seterusnya dengan sedikit sekali PRAKTEK atau Aplikasi dari mater itu sendiri. ditambah lagi kegiatan Kursus yang mereka sedang jalani bukan kemauan mereka sendiri melainkan Kemauan orang tua yang memaksa mereka untuk Kursus.. Hmmm akan lebih sulit tentunya mengajarkan mereka karena mereka tidak fokus dan ogah-ogahan.

Oleh karenanya, Penting untuk memahami dan masuk kedalam kehidupan siswa yang kita ajar, kalau hanya dengan memberi instruksi, tugas bahkan PR. Menurut saya itu hanya akan menjadi beban untuk mereka. Yaaah, terlepas dari apa yang saya sampaikan diatas, tidak perlu ada yang diperbedatkan sebenarnya, Semua itu hanya curahan mahasiswa tingkat akhir yang belum lulus yang sedang belajar bagaimana cara mengajar yang baik dan inspiratif.

Mengutip Perkataan Bapak Agus Riyanto, S.T., S.Pd., M.Pd:
"Tidak ada yang namanya MURID BODOH dalam suatu tempat belajar, Yang ada adalah "GURU YANG TIDAK BISA MENGAJAR", dan Guru yang BAIK bukanlah guru yang PINTAR, DITAKUTI, Atau DISEGANI, Tetapi guru yang baik adalah GURU YANG MENGINSPIRASI"

Rabu, 30 Desember 2015

NEGERI PEMBERI JANJI

Nyeri terpatri dalam hati..
lebih sakit dari yang mati..
bersimbah darah diri sendiri..
kubur menanti untuk digali..
Telinga tuli menjadi saksi,
teriak dendam diujung negeri..
Sumbang tangis minor bernyanyi,
tak digubris para Politisi..
yang lupa warna bendera sendiri..
dan haus hasrat nafsu pribadi..
Wahai Penguasa Negeri pemberi janji!
Kami MATI DALAM IMAJI!

'Sajakku yang Hilang'

Lama tak ku berbagi rasa dalam barisan kata..
Lelahku mencari tentramnya jiwa dalam bahasa..

Andai 'kalian' sesederhana 1+1=2, memahaminya akan begitu mudah terasa..
Pun denganku yang tidak mengerti 'matematika'.


Tapi sial, kau telah renggut sajakku dalam nestapa, bimbang dengki iri dan dusta.
Barisan protes dalam kata kau anggap hina!
Berbagi rasa dalam sajak kau sebut tak berguna!

Sempat terpuruk dalam dilema, ku nikmati perih tanpa suara.
Kata dalam sajak dulu menguatkanku tuk bercerita.
Tapi sial, Sajakku telah hilang direnggut oleh durjana.

Lidah 'anjing kerempeng' menyeret barisan orang tak berdosa dalam kudeta.
Berkedok penyambung lidah dia bercerita, seolah semua benar adanya.

Hei KAU!
Sajakku yang hilang kini hidup kembali!
Siap membakar 'Si Telinga Tuli'!
Mengingatkan mereka yang masih perduli, PEMIMPIN LALIM BAIKNYA MATI!!!!!

"Lelah Bersabar?"

Hei 'pemuda' yang lelah bersabar!
Apa kabarmu didalam sangkar?
Bebas yang tadi tinggal sebentar, tertahan waktu enggan berputar.

Tawa kelakar berubah gusar, bagai tersambar hati terbakar.
Sumpah serapah jauh kau lempar, janjinya luntur terasa hambar.

Wahai pemuda yang lelah bersabar!
Bersabarlah, sabar sebentar!
Walau terkapar inderamu buyar, bertahanlah didalam memar.

Serdadu 'munafik' saja sabar menemanimu didalam sangkar, mengapa engkau lelah bersabar?
Apa lukamu menganga lebar
Akibat 'Khianat' kawanan liar?
Apa bahumu tak lagi kekar, tak kuasa ia bergetar?

Panas nafasmu bak dingin lahar, mengembun tipis di tepi sangkar.
Sendirimu itu tergambar, ku tau itu terasa hambar.
Tak ada karib berbagi dengar, terdiam bisu gagu berujar.

Wahai pemuda yang lelah bersabar.
Sabarmu itu sabar anugerah besar.
Maka Tunggu waktu berputar, sebentar lagi hanya sebentar.

"Sebotol Kosong Air Kemasan"


Kosong botol kemasan bukan berarti hampa tanpa udara,
Uap dan tetes sisa airnya bergumul membentuk titik embun yang penuh makna.


Kosongnya botol kemasan air, sekosong isi hati.
Gambaran gelora jiwa yang mati suri.
 

Hatiku tak sepenuhnya hampa tanpa cinta,
pun tidak bersih tanpa benci dan amarah.


Hanya gejolak nan tidak terduga datangnya,
botol kemasan yang dulu penuh telah habis isinya,
 

Muncrat bergelinang entah kemana.
Andai airnya jadi pemuas nafsu dahaga, "manfaat" lah hasil akhirnya..
 

Namun malang si botol kosong, dilempar, dibuang begitu saja..

Lampung Province is not a poor province, It is actually the rich one. but, It poorly managed.

Kemarin kami serombongan menyambangi beberapa tempat yang sebenarnya cukup indah dan bersejarah di salah satu daerah di Lampung Timur.

Kami sangat bersemangat mengunjungi tempat-tempat tersebut. Namun, sangat disayangkan keindahan dan nilai sejarah yang ada belum dikelola dengan baik, atau mungkin sudah dikelola tetapi 'Mandhek' karena berbagai hal.

"Kearifan lokal" dari masyarakat setempat juga membuat kami sedikit 'was-was' karena memang tidak ada penjagaan ataupun pengamanan dari pihak pengelola tempat.

Belum lagi jalan yang 'sudah tidak bagus lagi'. Sebenarnya ini bukan jadi masalah bagi kami, karena perjalanan yang seperti itu malah menjadi kenangan yang membekas dari setiap tempat yang kita kunjungi. Namun, tidakkah aneh rasanya ketika kita hidup di Provinsi yang KAYA namun masih "tidak sedikit" jalan yang rusak. hehe,

Kalau menyalahkan pemerintah juga percuma, toh itu sebenarnya tugas kita yang harus menjaga, walaupun jalan yang tadinya dibangun sih sebenarnya 'sedikit tidak memenuhi standar'.

Beruntung, kami serombongan pulang dengan banyak membawa cerita yang sangat berwarna. "Konflik pasangan", "Canda-Tawa", "Kebersamaan", "Kehujanan sepanjang jalan", "Eko Yunius Setiawan yang Shalat Pakai Sorban", "Tika Fhatma yang Pingsan di POM Batanghari", "Setia Rahayu Rahayu yang lincah mengeber motor dijalan yang licin", "Andrew yang ngotot pengen bikin poto dengan ‪#‎kekinian‬", "Dibimbing oleh mas mas yang sedang merumput di Situs Purbakala", "Makan ‪#‎SOTO‬ tempat Jeng Mahda Lena. dan seterusnya.

Memang tidak sebanding dengan terkenalnya Image "BEGAL", tapi LOCAL CONTENT kita itu sebenarnya sangat kaya dan indah.

dan sekarang, Warna-warni keseruan perjalanan kita itu jadi kenangan sederhana yang indah.
SEMOGA KITA AKAN TETAP BISA MENJAGA SETIAP GORESAN KENANGANNYA.

Tentang Tinta

Setidaknya 'Tinta Emas' yang ku punya sudah pernah berusaha ku goreskan di setiap lembarmu.
Aku menulisnya dengan tulisan terbaikku.


Tentu, masih banyak coretan disana sini yang membuat lembar-lembar mu tidak begitu indah.

Namun, sekrang kau boleh buka lembar barumu, dan biarlah 'Tinta Emas' orang lain menggoreskan tulisan yang lebih baik dari apa yang sudah berusaha aku selesaikan.

Tintaku dan lembar kertasmu mungkin sudah tidak bisa menghasilkan tulisan indah lagi.
 

Aku memutuskan berhenti menulis karena kutemui dalam lembarmu bahwa aku telah kau anggap benar-benar pergi.

Tulislah dengan 'Tinta Merah' mu:
AKU KINI SENDIRI.
Agar semua tahu bahwa aku memang telah pergi.


Dan Aku tahu, 'Tintaku' sudah tidak berarti lagi.