Rabu, 30 Desember 2015

NEGERI PEMBERI JANJI

Nyeri terpatri dalam hati..
lebih sakit dari yang mati..
bersimbah darah diri sendiri..
kubur menanti untuk digali..
Telinga tuli menjadi saksi,
teriak dendam diujung negeri..
Sumbang tangis minor bernyanyi,
tak digubris para Politisi..
yang lupa warna bendera sendiri..
dan haus hasrat nafsu pribadi..
Wahai Penguasa Negeri pemberi janji!
Kami MATI DALAM IMAJI!

'Sajakku yang Hilang'

Lama tak ku berbagi rasa dalam barisan kata..
Lelahku mencari tentramnya jiwa dalam bahasa..

Andai 'kalian' sesederhana 1+1=2, memahaminya akan begitu mudah terasa..
Pun denganku yang tidak mengerti 'matematika'.


Tapi sial, kau telah renggut sajakku dalam nestapa, bimbang dengki iri dan dusta.
Barisan protes dalam kata kau anggap hina!
Berbagi rasa dalam sajak kau sebut tak berguna!

Sempat terpuruk dalam dilema, ku nikmati perih tanpa suara.
Kata dalam sajak dulu menguatkanku tuk bercerita.
Tapi sial, Sajakku telah hilang direnggut oleh durjana.

Lidah 'anjing kerempeng' menyeret barisan orang tak berdosa dalam kudeta.
Berkedok penyambung lidah dia bercerita, seolah semua benar adanya.

Hei KAU!
Sajakku yang hilang kini hidup kembali!
Siap membakar 'Si Telinga Tuli'!
Mengingatkan mereka yang masih perduli, PEMIMPIN LALIM BAIKNYA MATI!!!!!

"Lelah Bersabar?"

Hei 'pemuda' yang lelah bersabar!
Apa kabarmu didalam sangkar?
Bebas yang tadi tinggal sebentar, tertahan waktu enggan berputar.

Tawa kelakar berubah gusar, bagai tersambar hati terbakar.
Sumpah serapah jauh kau lempar, janjinya luntur terasa hambar.

Wahai pemuda yang lelah bersabar!
Bersabarlah, sabar sebentar!
Walau terkapar inderamu buyar, bertahanlah didalam memar.

Serdadu 'munafik' saja sabar menemanimu didalam sangkar, mengapa engkau lelah bersabar?
Apa lukamu menganga lebar
Akibat 'Khianat' kawanan liar?
Apa bahumu tak lagi kekar, tak kuasa ia bergetar?

Panas nafasmu bak dingin lahar, mengembun tipis di tepi sangkar.
Sendirimu itu tergambar, ku tau itu terasa hambar.
Tak ada karib berbagi dengar, terdiam bisu gagu berujar.

Wahai pemuda yang lelah bersabar.
Sabarmu itu sabar anugerah besar.
Maka Tunggu waktu berputar, sebentar lagi hanya sebentar.

"Sebotol Kosong Air Kemasan"


Kosong botol kemasan bukan berarti hampa tanpa udara,
Uap dan tetes sisa airnya bergumul membentuk titik embun yang penuh makna.


Kosongnya botol kemasan air, sekosong isi hati.
Gambaran gelora jiwa yang mati suri.
 

Hatiku tak sepenuhnya hampa tanpa cinta,
pun tidak bersih tanpa benci dan amarah.


Hanya gejolak nan tidak terduga datangnya,
botol kemasan yang dulu penuh telah habis isinya,
 

Muncrat bergelinang entah kemana.
Andai airnya jadi pemuas nafsu dahaga, "manfaat" lah hasil akhirnya..
 

Namun malang si botol kosong, dilempar, dibuang begitu saja..

Lampung Province is not a poor province, It is actually the rich one. but, It poorly managed.

Kemarin kami serombongan menyambangi beberapa tempat yang sebenarnya cukup indah dan bersejarah di salah satu daerah di Lampung Timur.

Kami sangat bersemangat mengunjungi tempat-tempat tersebut. Namun, sangat disayangkan keindahan dan nilai sejarah yang ada belum dikelola dengan baik, atau mungkin sudah dikelola tetapi 'Mandhek' karena berbagai hal.

"Kearifan lokal" dari masyarakat setempat juga membuat kami sedikit 'was-was' karena memang tidak ada penjagaan ataupun pengamanan dari pihak pengelola tempat.

Belum lagi jalan yang 'sudah tidak bagus lagi'. Sebenarnya ini bukan jadi masalah bagi kami, karena perjalanan yang seperti itu malah menjadi kenangan yang membekas dari setiap tempat yang kita kunjungi. Namun, tidakkah aneh rasanya ketika kita hidup di Provinsi yang KAYA namun masih "tidak sedikit" jalan yang rusak. hehe,

Kalau menyalahkan pemerintah juga percuma, toh itu sebenarnya tugas kita yang harus menjaga, walaupun jalan yang tadinya dibangun sih sebenarnya 'sedikit tidak memenuhi standar'.

Beruntung, kami serombongan pulang dengan banyak membawa cerita yang sangat berwarna. "Konflik pasangan", "Canda-Tawa", "Kebersamaan", "Kehujanan sepanjang jalan", "Eko Yunius Setiawan yang Shalat Pakai Sorban", "Tika Fhatma yang Pingsan di POM Batanghari", "Setia Rahayu Rahayu yang lincah mengeber motor dijalan yang licin", "Andrew yang ngotot pengen bikin poto dengan ‪#‎kekinian‬", "Dibimbing oleh mas mas yang sedang merumput di Situs Purbakala", "Makan ‪#‎SOTO‬ tempat Jeng Mahda Lena. dan seterusnya.

Memang tidak sebanding dengan terkenalnya Image "BEGAL", tapi LOCAL CONTENT kita itu sebenarnya sangat kaya dan indah.

dan sekarang, Warna-warni keseruan perjalanan kita itu jadi kenangan sederhana yang indah.
SEMOGA KITA AKAN TETAP BISA MENJAGA SETIAP GORESAN KENANGANNYA.

Tentang Tinta

Setidaknya 'Tinta Emas' yang ku punya sudah pernah berusaha ku goreskan di setiap lembarmu.
Aku menulisnya dengan tulisan terbaikku.


Tentu, masih banyak coretan disana sini yang membuat lembar-lembar mu tidak begitu indah.

Namun, sekrang kau boleh buka lembar barumu, dan biarlah 'Tinta Emas' orang lain menggoreskan tulisan yang lebih baik dari apa yang sudah berusaha aku selesaikan.

Tintaku dan lembar kertasmu mungkin sudah tidak bisa menghasilkan tulisan indah lagi.
 

Aku memutuskan berhenti menulis karena kutemui dalam lembarmu bahwa aku telah kau anggap benar-benar pergi.

Tulislah dengan 'Tinta Merah' mu:
AKU KINI SENDIRI.
Agar semua tahu bahwa aku memang telah pergi.


Dan Aku tahu, 'Tintaku' sudah tidak berarti lagi.

"Mengapa Aku Berhenti?"

"Mengapa Aku Berhenti?"
 
Sebuah pertanyaan yang menohok segumpal darah dalam diriku yang disebut hati.
Kau, sebenarnya alasan kenapa aku tidak kunjung berhenti.
Berhenti untuk mengerti,
Berhenti untuk berbagi,
Berhenti untuk bermimpi,
dan Berhenti menyayangi.


Kau, adalah hamba-Nya yang diciptakan untuk melengkapi makhluk yang bernama "Laki-laki".
Kau Menemani,
Kau Peduli,
Kau Menjaga hati,
Kau menyayangi.
Sungguh, Kekuranganmu dan kekuranganku adalah bukti betapa indahnya kesederhanaan 'Berbagi'.


Ibarat lilin yang bersinar ditengah hari, sinar kita mungkin tidak akan begitu berarti. Namun, tidakkah kita selama ini selalu menjaga sinar lilin sampai menjelang pagi? Menjadi teman sinar rembulan ketika malam menyambut dengan dinginnya sepi?
Percayalah, lilin itu sebenarnya sangat mudah 'Mati'.
 

Namun, mengapa ia bisa bertahan sampai waktu datangnya Pagi?
Sinar lilin kita ini dijaga oleh orang-orang yang dengan bangga kita sebut 'Sahabat Sejati'.
Mereka sangat mengerti akan kemungkinan yang akan terjadi bila lilin ini tidak berpijar lagi.
Mereka bergandeng tangan menjaga agar angin tak membawa apinya pergi.


Namun sayang, bukan angin yang akhirnya membuat lilin kita ini mati.
Kita sendiri yang memutuskan untuk meniup api ini karena merasa lelah untuk berbagi.